BLOGGER TEMPLATES AND Twitter Backgrounds »

Pages

Minggu, 14 April 2013

Resensi "Dia, Tanpa Aku" By Esti Kinasih

Judul buku : Dia, Tanpa Aku  Nama pengarang : Esti Kinasih  Tanggal penerbit : Januari - 2011  Nama penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama  
Tebal buku            : 2 cm Jumlah halaman       : 280 halaman Harga                   : Rp 38.000,- ( tiga puluh delapan ribu rupiah)  

Sinopsis:  

Ronald, cowok kelas 2 SMA, sudah lama naksir Citra yang masih kelas 3 SMP. Tapi Ronald belum mau PDKT. Ia menunggu sampai Citra masuk SMA, karena itu ia hanya bisa mengamati Citra dari jauh.

Saat yang ditunggu Ronald selama berbulan-bulan akhirnya tiba. Citra masuk SMA!  Namun Ronald kecewa karena ternyata Citra masuk SMA yang sama dengan adiknya, Reinald, dan sekelas pula. 

Namun, keinginan dan harapan terbesar Ronald untuk mendekati Citra tak pernah terwujud. Saat ia mau nembak Citra, di tengah jalan kecelakaan dan tewas di tempat, tidak jauh dari rumah Citra.

Reinald menganggap Citra-lah penyebab kematian kakaknya. Rasa marah dan keinginannya untuk menyalahkan Citra membuat sikapnya terhadap cewek itu menjadi penuh permusuhan.  

Sikap Reinald berubah drastis ketika Citra memutuskan untuk tidak lagi mengacuhkannya. Kini Reinald berada di posisi yang sama seperti Ronald dulu. Perubahan sikap Reinald itu tanpa sadar mendekatkan keduanya. Dan akhirnya Reinald tak lagi ingin menjaga Citra demi almarhum kakaknya. Dan ia lebih menjaga Citra karena ia sayang Citra.  

---

Kisah romantis sedih yang ditawarkan Esti Kinasih sangat menarik. Apalagi novel ini termasuk Teenlit yang ringan namun memiliki cerita yang worth-it. Setelah membaca sinopsis nya mungkin sebagian orang berpikir ini novel "horror". Namun cerita ini adalah cerita romantis nan sedih. Yang membuat horror adalah ketika Hantu Ronald yang muncul. 

Tokoh-tokoh yang ada dicerita ini memiliki karakter yang kuat, lucu dan konyol. Sehingga tidak hanya  membuat pembaca sedih dan galau namun juga membuat para pembaca senyum-senyum melihat tingkah laku parah tokoh yang lucu.

Tetapi, Tidak banyak cerita yang kurang penting dipaparkan oleh Esti Kinasih. Sepertinya itu memang sengaja ditaruh untuk membuat pembaca senyam senyum sendiri.

Di novel ini Esti Kinasih mengisahkan tentang Ronald, Siswa kelas 2 SMA yang sudah lama naksir Citra, Siswi  kelas 3 SMP.  Selama ini Ronald hanya mengamati Citra dari jauh. Ronald belum ingin melakukan PDKT ( pendekatan). Ia ingin menunggu Citra masuk SMA. Tetapi tanpa Citra sadari Ronald pernah membantu Citra saat Citra bersembunyi dari teman-teman Citra yang kesal pada Citra yang sangat ceria dan usil. 

Saat-saat yang ditunggu Ronald selama berbulan-bulan pun akhirnya tiba. Citra masuk SMA dan memakai seragam putih abu-abu. 

Namun Ronald kecewa karena ternyata Citra sekelas dengan Reinald, Saudaranya sendiri.  

Tetapi Ronald tidak pantang menyerah. Ronald dengan semangat datang kerumah Citra untuk mengutarakan perasaannya yang sudah lama ia pendam.  

Keinginan dan harapan terbesar Ronald untuk mendekati Citra tak akan pernah terwujud. Cowok ini kecelakaan dan tewas di tempat, tidak jauh dari rumah Citra.

Reinald menganggap Citra-lah penyebab kematian kakaknya.  Reinald sangat membenci Citra. Hingga mereka kerap bertengkar tanpa alasan.

Citra memutuskan untuk tidak mengacuhkannya. Kini Reinald berada di poisi yang sama seperti Ronald dulu. Perubahan sikap mereka berdua itu tanpa sadar mendekatkan keduanya.  Reinald pun akhirnya menyadari bahwa selama ini ia menyukai Citra, bukan hanya untuk melindungi Citra demi Ronald.

Hal itu membuat Ronald kembali, Reinald selalu mecium bau parfum kakaknya dan merasa kakaknya, Ronald berada disekitarnya. Reinald mulai "dihantui" oleh Ronald. Bukan hanya reinald, Citra juga merasakan hal-hal yang aneh.

Hingga Ronald curhat pada sebuah Radio yang didengar Oleh Reinald dan Citra bahkan mereka bisa komunukasi. Reinald dan Citra merasa ketakutan. 

Di akhir Citra tahu tentang Ronald dan dibawa Ziarah ke Kuburan Ronald. Mereka pun langsung pergi ke makam Ronald untuk meminta maaf. 

Walaupun Novel ini terkesan tidak masuk akal, Novel ini membuat kita mengikuti alur yang dibuat Esti Kinasih. Ketika Sedih, kita seperti merasakan apa yang dirasakan Tokoh.   Walaupun kesannya novel ini "kacangan" dan banyak dipasaran, Esti Kinasih berhasil menciptakan suasana kehidupan sehari-hari remaja.

Sayangnya ending novel ini tidak klimaks. Pembaca tidak tahu, apakah nanti Reinald akan bersama Citra dan bahagia selamanya atau tidak. Sebaiknya penulis membuat akhir cerita pada novel ini lebih jelas sehingga endingnya klimaks. Over-all, Novel ini worth it untuk dibaca. Tidak seperti "novel teenlit kacangan" yang lain.

:)


posted from Bloggeroid

0 komentar:

 
Strawberry On Top Of Cupcake